Hari telah berlalu, langit juga tak menangis seperti biasanya. Semesta mungkin saja sedang bercanda denganku.
AKU
Oleh : Aloysisus Patris Adegeni, S.Pd
Ruteng selalu menjadi rumah bagi
orang-orang yang rindu akan kenangan. Kota kecil dengan sejuta keramahannya,
tempat di mana kau akan merasa damai dan tenang.Balutan kabut nan pekat menjadi
rumah bagi siapa saja yang ingin menikmati secangkir kopi hangat dengan segala
cerita dan romansa yang disajikan bersama nikmatnya kompiang.
Aku adalah seorang siswa yang
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
SMPK Immaculata Ruteng itulah nama sekolahku, tempat ternyaman setelah
rumah. Nah, disini kita akan mendapatkan berbagai ilmu, mulai dari ilmu
pengetahuan, pendidikan moral, hingga pembinaan rohani bagi seluruh peserta
didik SMPK Immaculata. Singkat cerita inilah hari-hari yang kujalani.
Keseharianku dimulai pada pukul 05.00.
Aku membiasakan diri untuk selalu berdoa pagi setelah melepas dinginnya malam
yang menusuk hingga sum-sum tulangku. Senin, Ku selalu dimulai dengan aktivitas
yang tidak begitu buruk, aku selalu mengawali hari dengan mengucap syukur
kepada Tuhan. Hari ini tepat tanggal 30 Januari 2023, Aku mengikuti upacara
bendera dalam rangka pelantikan pengurus OSIS periode 2023/ 2024. Semesta
sedang tak begitu bersahabat kali ini, awan gelap menutupi senyum cerah langit
di angkasa. Aku terlalu terlena dalam gelapnya langit hari ini, sehingga lupa bahwa
nanti pukul 11.20 s/d 12.40 aku akan mengikuti ulangan Bahasa Indonesia. Memang
sedikit membosankan dan menyebalkan ketika harus berhadapan serta bertemu Pak
Patris. Guru yang satu ini terkenal dengan pribadi yang kejam, sedikit bengis, namun memiliki
hati yang baik. Entah mengapa, dikelas aku selalu menjadi sasaran empuknya. Aku
tak tahu kenapa Beliau selalu membuatku menjadi orang pertama yang harus
menjawab pertanyaan yang dilemparkannya. Apakah mungkin karena rasa benci atau
bentuk kepedulian Beliau terhadapku? Lonceng berbunyi menandakan kegiatan
belajar di sekolah telah usai. Sekilas aku menoleh ke kiri dan kananku, aku melihat
wajah-wajah penuh kebahagiaan yang dipancarakan oleh teman-teman sekelasku.
Wajah bahagia karena semua kegiatan belajar telah usai, lelah hari ini telah
usai. Telingaku serasa ingin pecah ketika mendengarkan teriakan-teriakan dari
mereka, ditambah suara klakson dari mobil dan motor yang selalu terparkir tak
bersahabat didepan sekolah. Ahh... aku membayangkan andai saja punya mobil
mustang, pasti aku menjadi salah satu murid laki-laki paling populer di sekolah
ini.
Keesokan harinya, aku selalu
memulai aktivitas dengan jadwal yang sama. Tak ada yang spesial seperti
hari-hari sebelumnya, hanya saja hari ini aku lebih bersemangat untuk ke
sekolah. Aku teringat akan seseorang yang selalu aku idamkan. Dia berparas
cantik seperti rembulan yang selalu menerangi gelapnya malam. Dia orang pertama
yang membuatku kehilangan diri dan membuatku selalu terlena dengan senyum
manjanya itu. Ahh... Tuhan seandainya saja aku terlahir dengan sedikit wajah
yang tampan, berkulit putih, berambut lurus, dan memiliki postur tubuh yang
tinggi bak artis Korea, aku yakin dia akan jatuh ke dalam dekapanku. Aku
tertawa dalam lamunan sembari sadar diri, aku hanyalah bumi yang tak mungkin
mencapai langit.
Dua hari telah berlalu, kini
saatnya kembali fokus menghadapi mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu
menantiku di sekolah. Ahh... lagi dan lagi entahlah, aku juga tak tau kenapa
aku selalu melamun disaat pelajaran tersebut apalagi harus dihadapkan dengan Si
Karasu Julukan yang kubuat untuk Pak Patris. Dalam benakku, aku ingin sekali
seperti teman-teman yang lain selalu bisa menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan
oleh si Karasu. Setidaknya sehari saja aku ingin terlihat pandai di depan orang
yang kusukai, wkwkwk...
Hari telah berlalu, langit juga
tak menangis seperti biasanya. Semesta mungkin saja sedang bercanda denganku.
Dia yang paling tahu dan mengerti bagaimana diriku, apa yang kuinginkan dan apa
yang menjadi doa dalam setiap lantunanku pada Tuhan. Ahh... semoga saja hari ini
akan berakhir baik, aku tak ingin mengerjakan pekerjaan rumah yang begitu
banyak. Aku hanya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan lelap. Semoga saja kau
gadis yang menawan hadir dalam mimpi malamku.
Aku
terbangun dari tidur malam yang panjang. Kepalaku sakit dan sedikit pusing, aku
mulai berbicara kepada diriku sendiri. Apakah hari ini akan baik-baik saja?
Ataukah ini merupakan hari terakhir dimana aku akan menatap langit yang sama.
Semoga saja harapan dan mimpiku dapat tercapai.
Semesta
semoga kau dapat paham bahwa tak segala rasa dapat disampaikan dan tak segala
pertanyaan dapat dijawab. Bisa saja yang aku butuhkan saat ini adalah ketenangan
hati dari segala bisingnya dunia.
Ohh... semesta bolehkah aku
berharap. Sejuta pertanyaan pun mucul dalam benakku, bolehkah hayalanku segara
menjadi kenyataan?